Tugas
Makalah Perlindungan Hutan
HAMA
DAN PENYAKIT HUTAN SERTA CARA
PENCEGAHAN / PENGENDALIAN PADA TANAMAN
KEHUTANAN
JENIS
KAYU PUTIH “MELALEUCA CAJUPUTI”
OLEH :
NASRULLAH
D1B5 10 056
JURUSAN
KEHUTANAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia dan
hidayahNya sehingga penulisan makalah yang berjudul” Hama dan Penyakit Hutan Serta Cara Pencegahan / Pengendalian pada
Tanaman Kehutanan Jenis Kayu Putih “Melaleuca
Cajuputi” ” dapat terselesaikan. Dan para dosen pengajar,
penyusun mengucapkan terima kasih, karena makalah ini tidak akan terselesaikan
tanpa bimbingannya.
Penyusunan makalah ini merupakan tugas ujian tengah
smester Mata Kulih Perlindungan Hutan.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan kita semua
mengenai hama dan penyakit. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih
mempunyai banyak kekurangan baik dari segi penulisan maupun materi yang
disajikan secara keseluruhan. Kritik dan saran sangat dibutuhkan untuk
menyempurnakan makalah ini agar dapat bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata
penyusun menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi
dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
Kendari, Oktober 2012
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................
KATA PENGANTAR .............................................................................
DAFTAR ISI .............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Kata Pengantar ...................................................................................
1.2 Tujuan ..................................................................................................
1.3 Manfaat ................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Hama dan Penyakit .............................................................................
2.1.1 Hama ..................................................................................................
2.1.2
Penyakit .............................................................................................
2.2 Pengendalian Hama dan Penyakit
Secara Umum ...........................
2.3
Hama dan Penyakit Pada Tanaman Kayu Putih (Melaleuca Cajuputi)
2.3.1 Jenis Hama
dan Pengendaliannya Pada Tanaman Kayu Putih ..........
2.3.1.1 Hama Rayap dan Pengendaliannya ................................................
2.3.1.2 Hama
Pengisap Pucuk dan Ulat Penggerek Pucuk Kayu Putih ......
2.4 Pemberantasan Hama dan Penyakit
Tanaman ................................
2.4.1
Secara
Fisik Mekanik ......................................................................
2.4.2 Penggunaan
Pestisida .........................................................................
2.4.2.1
Biopestisida/Pesticida organik ........................................................
2.4.2.2 Pestisida kimia ................................................................................
BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan
hutan tanaman merupakan suatu kegiatan penting untuk memenuhi berbagai fungsi
produksi dan perlindungan, dan apabila direncanakan dengan baik dari hutan
tanaman dapat diperoleh pula kestabilan lingkungan. Pembangunan hutan tanaman
umumnya dilakukan dengan pola tanam satu jenis (monokultur), sehingga hutan
tanaman merupakan suatu ekologi binaan dengan budidaya pohon hutan, dan
menerapkan silvikultur intensif.
Kesengajaan
menyederhanakan ekosistem alam menjadi ekosistem rekayasa seperti pola
pertanaman monokultur tersebut sangatlah rentan terhadap kerusakan hutan yang
disebabkan faktor biotik dan abiotik. Upaya mengurangi dan menghindarkan hutan
tanaman dari kerusakan menjadi bagian dari substansi strategi silvikultur yang
diletakkan sejak awal. Oleh karena itu tindakan perlindungan hutan tidak dapat
dianggap sebagai satu penyelesaian masalah kerusakan sesaat, atau hanya
merupakan tindakan darurat, melainkan lebih diarahkan untuk mengenali dan
mengevaluasi semua sumber kerusakan yang potensial, agar kerusakan yang besar
dapat dihindari.
Perlindungan
hutan mengutamakan pencegahan awal terjadinya atau perkembangan suatu kerusakan
hutan melalui perencanaan silvikultur dan pengelolaan yang baik. Apabila dapat
diwujudkan maka prosedur itu akan lebih efektif daripada pengendalian langsung
setelah kerusakan yang besar terjadi. Oleh karena itu teknik pencegahan dan
pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) di sektor kehutanan perlu
segera mendapat perhatian khusus, karena masalah OPT sektor kehutanan di
Indonesia masih kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan kegiatan
perlindungan hutan yang lain. Upaya ini harus ditempuh karena masalah OPT
merupakan bagian integral dari kegiatan pengelolaan hutan. Para ahli kehutanan
mengatakan bahwa banyak faktor yang dapat menyebabkan kerusakan hutan, baik
yang berasal dari luar hutan maupun faktor-faktor yang berhubungan dengan
perkembangan hutan itu sendiri. Faktor-faktor penyebab kerusakan hutan dapat
terdiri dari organisme hidup (biotik) atau faktorfaktor lingkungan fisik
(abiotik). Penyebab kerusakan hutan dari organisme hidup salah satunya adalah
penyakit hutan. Penyakit hutan dapat menimbulkan kerugian antara lain
mengurangi kuantitas dan kualitas hasil dan meningkatnya biaya produksi.
1.2 Tujuan Makalah
Adapun
tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami “Hama
Dan Penyakit Serta Pencegahan dan Pengendaliannya pad Tanaman Kehutanan Jenis
Kayu Putih Melaleuca Cajuputi”.
1.3 Tujuan Makalah
Adapun
manfaat dari pembuatan makalah ini adalah agar pembaca dapat mengetahui dan
memahami “Hama Dan Penyakit Serta Pencegahan dan Pengendaliannya pada Tanaman
Kehutanan Jenis Kayu Putih Melaleuca
Cajuputi”.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hama dan Penyakit Hutan
Agar
diperoleh pengertian yang sama tentang hama-penyakit hutan, maka terlebih
dahulu kita jabarkan apa yang disebut hama dan apa yang disebut penyakit.
2.1.1
Hama
Hama adalah
semua binatang yang menimbulkan kerugian pada pohon hutan dan hasil hutan seperti
serangga, bajing, tikus, babi, rusa dan lain-lain. Tetapi kenyataan di lapangan
hama yang potensial dan eksplosif menimbulkan kerugian adalah dari golongan
serangga. Sehingga masyarakat umumnya mengidentikan hama sama dengan serangga.
2.1.2
Penyakit
Penyakit adalah
adanya kerusakan proses fisiologis yang disebabkan oleh suatu tekanan/gangguan
yang terus menerus dari penyebab utama (biotik /abiotik) yang mengakibatkan aktivitas
sel/jaringan menjadi abnormal, yang digambarkan dalam bentuk patologi yang khas
yang disebut gejala/tanda. Gejala/tanda inilah yang memberikan petunjuk apakah
pohon di dalam hutan sehat atau sakit.
2.2
Pengendalian
Hama dan Penyakit Secara Umum
Maksud dari pengendalian hama/ penyakit adalah untuk
memperbaiki kuantitas dan kualitas hasil produksi tanaman yang diusahakan.
Sedangkan tujuan dari pengendalian hama/penyakit adalah untuk mencegah
terjadinya kerugian ekonomis serta menaikkan nilai produksi dari tanaman yang
diusahakan. Jelaslah maksud dan tujuan dari pengendalian hama/ penyakit adalah
untuk mempertahankan tingkat produksi yang tinggi, mantap dan berkesinambungan,
tetapi secara ekologis dan ekonomis dapat dipertanggungjawabkan, bahkan
sekarang ini dikaitkan dengan kelestarian lingkungan. Jadi hama/penyakit
haruslah ditekan atau dikurangi dan ditiadakan sampai di bawah ambang ekonomis.
Usaha pengendalian dilakukan apabila biaya yang dikeluarkan lebih kecil
daripada kerugian yang terjadi akibat serangan hama/penyakit. Dalam prakteknya
pengendalian hama/penyakit dapat berupa :
-
Pencegahan (preventive) artinya kita melakukan suatu tindakan atau usaha
agar tanaman yang masih sehat terhindar dari hama/penyakit (sebelum adanya hama
dan penyakit).
-
Pemberantasan (control) artinya kita mengusahakan atau melakukan
tindakan-tindakan terhadap tanaman yang sudah terserang hama/penyakit, dengan
harapan agar tanaman itu akan sembuh dan normal kembali.
2.3
Hama dan Penyakit Pada Tanaman Kayu Putih (Melaleuca Cajuputi)
Sedikit sekali di Indonesia dijumpai hama dan
penyakit pada tanaman kayu putih. Berikut dijelaskan beberapa jenis yang
teridentifikasi pada hutan tanaman kayu putih di pulau Jawa.
2.3.1
Jenis Hama dan Pengendaliannya Pada Tanaman Kayu Putih
2.3.1.1
Hama Rayap dan Pengendaliannya
Hama rayap sering menjadi permasalahan utama
penyebab kematian tanaman kayu putih di lapangan. Rayap menyerang tanaman umur
0-5 tahun, dengan resiko terparah pada tanaman kayu putih umur 0-1 tahun.
Serangan hama rayap terjadi pada kondisi hujan belum/tidak teratur (awal
penghujan maupun akhir penghujan). Rayap memakan akar atau kulit (jaringan
floem) di leher akar dan pangkal batang. Bila akar tanaman muda diserang maka
distribusi nutrisi dari tanah terputus sehingga tanaman layu dan mati. Bila
kerusakan terjadi pada leher akar/pangkal batang menyebabkan akar tidak
mendapat suplai makanan sehingga secara perlahan tanaman menjadi layu dan mati
karena akar kehilangan energi untuk menyerap nutrisi dari tanah. Serangan pada
bagian akar lebih beresiko dibandingkan serangan pada bagian leher akar.
Tingginya kasus serangan hama rayap pada tanaman kayu putih tidak terlepas dari
tingginya bahan organik yang kaya selulosa yang menjadi sumber makanan rayap di
sebagian besar lokasi tanaman kayu putih. Bahan organik tersebut berasal dari
sisa-sisa tumpangsari (seperti : jagung, palawija, padi) yang berlangsung
terus-menerus di lokasi tanaman kayu putih. Sisa panen umumnya ditumpuk di
jalur tanaman pokok kayu putih. Dengan demikian rayap selalu ada di petak
tanaman kayu putih dan menimbulkan resiko kerusakan tinggi pada tanaman muda.
Pencegahan dan Pengendalian
Pemanfaatan abu sisa serasah daun kayu putih atau
sisa panen tumpangsari. Abu ditaburkan di pangkal batang pada saat tanaman
rawan serangan rayap, dan atau ditabur di pangkal batang saat penanaman. Abu
kayu dilaporkan dapat mencegah rayap mendekati tanaman.
Monitoring
rutin terutama pada musim-musim dimana rawan serangan rayap. Dengan monitoring
rutin dapat diketahui secara dini gejala serangan, sehingga dapat segera
diambil tindakan guna pengendaliannya, mengurangi resiko kerusakan lebih besar.
Jika tanaman muda telah terserang (pangkal
batang/leher akar sudah terkelupas), maka untuk mengurangi resiko kerusakan lebih
parah (kematian), maka pangkal batang yang rusak perlu ditimbun tanah. Hal ini
berguna untuk merangsang pembentukan kalus sehingga dapat tumbuh kulit baru
ataupun tumbuh akar baru sehingga tanaman dapat tumbuh lagi.
Mengurangi kerusakan mekanis, terutama pada lahan tumpangsari.
Rusak/terputusnya akar akibat pengolahan tanah dapat meningkatkan stress
(menurunkan vigoritas) tanaman sehingga tanaman mudah terserang hama penyakit.
Untuk itu jalur tanaman pokok harus dibebaskan dari tanaman tumpangsari.
Bibit yang ditanam di lapangan harus bibit siap
tanam (ukuran tinggi minimal 40 cm, dalam kondisi sehat/vigor) sehingga lebih tahan
terhadap stress lingkungan di lapangan. Bibit yang sehat cenderung kurang
disukai oleh hama (rayap).
Mencegah penumpukan sisa panen tumpangsari di jalur tanaman
pokok ataupun tetap menumpuk di dalam petak tanaman, karena sisa panen yang
menumpuk tersebut akan mengundang rayap. Serasah/sisa panen tumpangsari
tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber penyedia abu, yang dapat digunakan
untuk mencegah serangan rayap pada tanamantanaman muda.
2.3.1.2
Hama Pengisap Pucuk dan Ulat Penggerek
Pucuk Kayu Putih
Ada dua kelompok hama, yaitu kelompok hama pencucuk
pengisap, dan kelompok hama
penggerek pucuk/daun. Kedua hama ini menyebabkan pucuk-pucuk tanaman kayu putih
menjadi kering dan daun keriting. Hal ini mengakibatkan produksi panen daun
kayu putih menjadi berkurang.
Hama pengisap (ordo Homoptera-Hemiptera) yang
mengisap pucukpucuk ranting, memiliki ciri-ciri sebagai berikut : warna coklat
tua, ukuran panjang ± 1,5 mm, tipe mulut pencucuk pengisap, memiliki
sungut/antena panjang, memiliki struktur mirip kornikel panjang di bagian
posterior dorsal abdomen, jumlah kaki 3 pasang, tubuh keras. Hama ini
menyebabkan pucuk tunas muda layu dan kering. Di samping kutu coklat di atas,
untuk kelompok hama pencucuk pengisap juga dapat dijumpai jenis kutu putih/kutu
sisik (pseudococcidae = mealybug), yang sering bersimbiosis dengan semut
hitam. Bilamana populasi tinggi keberadaan hama ini juga merugikan.
Adapun ulat penggerek pucuk menyebabkan daun
berlubang-lubang, keriting, pucuk kering. Aktivitas ulat penggerek dengan kutu
pengisap pucuk menyebabkan turunnya produksi biomassa kayu putih.
Pengendalian hama pucuk kayu putih
Kegiatan pengendalian dilakukan dengan penyemprotan
insektisida, dilakukan bilamana kerusakan sudah mencapai ambang ekonomis.
Insektisida yang digunakan adalah insektisida jenis kontak.
2.5 Pemberantasan Hama dan Penyakit
Tanaman
2.5.1
Secara Fisik Mekanik
Pembasmian hama dan penyakit secara fisik dapat
dilakukan melalui:
1.
Pemangkasan lokal ; bagian tanaman yang terserang dipotong atau dipangkas,
hasil pangkasan kemudian dikumpulkan di suatu tempat yang terbuka dan aman,
lalu dilakukan pembakaran.
2.
Dicabut ; jika tanaman yang diserang dalam ukuran kecil (umur < 5 tahun atau
bibit di persemaian) dan hampir semua bagian tanaman terserang maka tanaman
tersebut di cabut sampai ke akarnya kemudian dikumpulkan di suatu tempat yang
terbuka dan aman lalu di bakar.
3.
Ditebang ; jika intensitas serangan tinggi (hampir semua bagian tanaman
diserang >70% bagian tanaman diserang) atau sudah sangat parah dan tanaman
berumur lebih dari 5 tahun, maka dilakukan tebangan D2 penyakit. Prosedur
penebangan mengikuti prosedur tebangan yang sudah ada.
4.
Dalam kegiatan pemangkasan dan penebangan harus memperhatikan aspek keselamatan
kerja dengan mengacu pada prosedur kerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
yang sudah ada.
5.
Penghalang isolasi adalah daya upaya yang dijalankan untuk mencegah penyebaran
hama dan penyakit tanaman berdasarkan peraturan perundang-undangan.
6.
Pemberian abu kayu pada serangan rayap
7.
Perlakuan panas
Pembasmian hama dan penyakit secara mekanik dapat
dilakukan melalui:
1.
Pengambilan menggunakan tangan. Dapat dilakukan pada jenis hama ulat dan
belalang, dengan intensitas serangan hama dalam skala kecil.
2.
Penangkapan bersama-sama oleh banyak orang (gropyokan-Jawa) pada hama
belalang.
3.
Pemasangan perangkap antara lain ;
- Penggunaan lampu perangkap (light trap)
untuk hama penggerek batang pada fase kupu-kupu. Lampu perangkap ini dipasang
pada saat malam hari, peralatan yang diperlukan berupa : kain putih 2 x 1,5 m,
lampu bohlam/neon, dan nampan penampung air. Kupu/ngengat yang diperoleh
kemudian dimusnahkan.
- Penggunaan perangkap kertas warna (colour
trapping) untuk hama lalat putih. Warna kertas yang digunakan bisa berwarna
kuning atau lainnya yang cerah. Kertas terlebih dahulu diberi lem perekat atau racun
tikus atau ter agar hama terperangkap pada kertas tersebut.
2.4.2
Penggunaan Pestisida
2.4.2.1
Biopestisida/Pesticida organik
Penggunaan pestisida organik dapat berupa
bakterisida atau insektisida yang disesuaikan dengan jenis hama dan penyakit
dan sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Beberapa contoh tanaman yang bisa
digunakan sebagai pesticida misalnya daun mimbo, mahoni, gadung, tembakau, daun
sirsak dan sebagainya. Atau jika dalam keadaan yang sangat memaksa bisa
menggunakan pestisida kimia dengan catatan penggunaannya harus mengacu pada
prosedur kerja Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang sudah ada.
2.4.2.2
Pestisida kimia
Penggunaan pestisida kimia harus diminimalisir. Jika
atas pertimbangan ekologi dan sosial terpaksa harus menggunakan pestisida
kimia, maka pemilihan jenis pestisidanya harus yang tidak dilarang oleh FSC,
WHO maupun peraturan perundangan yang lainnya serta menggunakan prosedur
keamanan dan keselamatan sesuai dengan Lembar data keselamatan bahan
masing-masing. Penggunaan pestisida dalam pemberantasan hama dan penyakit dapat
dilakukan dengan beberapa cara :
a)
Dioleskan/bacok oles; cara ini digunakan untuk jenis pestisida sistemik, contoh
untuk pemberantasan hama penggerek batang atau penggerek pucuk. Aplikasinya
dengan membuat lubang pada batang dengan paku kemudian cairan insektisida
dimasukkan ke lubang atau melukai kulit batang sampai dengan bagian luar kayu
gubal (jaringan sebelah dalam jaringan kambium), kemudian insektisida dioleskan
dengan kuas atau disemprotkan ke bekas bacokan. Selanjutnya insektisida akan
diangkut melalui jaringan gubal ke bagian batang atas.
b)
Ditabur pada tanah atau di campur dengan media tanam atau media semai. Cara ini
digunakan untuk jenis pestisida berwujud granular (kode G dalam kemasan).
c)
Disemprot langsung pada target hama/penyakit. Cara ini digunakan untuk jenis
pestisida racun kontak atau racun lambung yang memiliki kode SC, WP, EC.
d)
Fumigasi; cara ini digunakan untuk jenis-jenis pestisida fumigan. Contohnya
untuk memberantas oleng-oleng dalam fase larva. Caranya dengan memasukan
insektisida fumigan pada lubang gerek kemudian lubang ditutup malam. Cara
penggunaan bergantung jenis hama yang menyerang dan kondisi tanaman yang
diserang.
BAB III
PENUTUP
Sebelum melakukan langkah pengendalian terhadap hama
dan penyakit terlebih dahulu melakukan
identifikasi jenis hama dan jenis penyebab penyakit, mengetahui ekobiologi hama
dan jenis penyebab penyakit, barulah
kemudian menetapkan strategi pengendaliannya. Semoga tulisan ini dapat berguna dan sebagai pedoman bagi para pengelola
hutan.
DAFTAR
PUSTAKA
Anggraeni, I.
Dan Neo E. Lelana. 2011. Diagnosis Penyakit Tanaman Hutan. Puslitbang
Peningkatan Produktivitas Hutan. Bogor.
Kalshoven,L.G.E.
1953. Important out breaks of insect pest in the forest of Indonesia.
Tran(X/TH.Intern.Congress.Entomol).
Pracaya, 2008. Hama dan Penyakit
Tanaman: edisi revisi. Penerbit Swadaya, Jakarta.
Rahayu, S. 1999. Penyakit tanaman hutan
di Indonesia (Gejala, penyebab, dan teknik pengendaliannya). Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
Soeratmo, F.G. 1979. Ilmu Perlindungan
Hutan. Bagian Perlindungan Hutan. Fahutan IPB. Bogor.